Harian Suluh-Taman Nasional Tesso Nilo ( TNTN) sudah dirambah puluhan tahun, perambahan ini diduga didasari oleh peran yang diberikan oleh desa yang berada disekitar kawasan TNTN itu. Hal ini didasari kuat dengan adanya beberapa surat keterangan tanah ( SKT) yang telah diterbitkan oleh kepala desa.
Desa Lubuk Kembang Bunga melalui kepala desanya Ir. Rusi Chairus yang merupakan salah satu desa yang wilayahnya masuk dalam kawasan TNTN menyebutkan dirinya hanya memberikan layanan administrasi.
"Ini bahasa yang salah , desa tidak pernah punya hak untuk memberi peluang membuka hutan , desa hanya melayani administrasi ketika sudah ada manusia bertahun tahun tinggal disana" Ungkap Rusi Chairus, Rabu (11/06/25).
Rusi Chairus juga mengatakan bahwa yang ditanami sawit bukanlah hutan tapi merupakan kebun sawit masyarakat.
"Ini bukan hutan, tapi sudah jadi kebun, ada fasilitas umum, ada rumah , ada banyak ribuan nyawa manusia yang sudah puluhan tahun keberadaan masyarakat disana , kenapa negara diam??, Dalam hal ini balai TNTN pun diam!" Ungkap Rusi.
Rusi juga menyalahkan keberadaan Balai yang tidak mampu menjaga TNTN dari perambahan yang masif dilakukan oleh perambah.
" Kami desa bukan penegak hukum dan tugas kami bukan menjaga hutan , yang diberikan kewenangan oleh undang - undang untuk menjaga TNTN itu adalah balai TNTN, Intinya keterlanjuran manusia yang sudah ada disana sudah ada regulasi untuk mengaturnya , yaitu undang undang cipta kerja , perpres presiden tahun 2017 tentang TORA, dan lain lain , hutan harus dijaga saya sangat setuju tapi jangan juga dikesampingkan hak - hak masyarakat yang sudah terlanjur ada disana , tentu hak - hak masyarakat yang susuai dengan aturan bukan yang suka suka karena kerakusan manusia itu sendiri" Ungkap Rozi.
Rusi juga bersiap untuk menyelesaikan persoalan ini, dengan berharap bisa berjumpa Presiden Prabowo Subianto.
"Ada pemerintah dan negara yang akan menyelesaikan ini, Kami lagi sama satgas PKH dan kami akan berusaha untuk ketemu dengan Kajagung, Menhan , kalau bisa kami juga mau ketemu dengan pak presiden kami harap pemerintah daerah untuk menjembatani masalah ini, jadi saya mohon bapak enggak perlu sibuk saling menyalahkan" Ujarnya sambil menekan media agar tidak sibuk untuk memberitakan terkait TNTN.
Terakhir Harinan Suluh mempertanyakan adanya dugaan fee rp. 100/ kg TBS yang mengalir kepada kepala desa Lubuk Kembang Bunga sesuai diberita yang dimuat oleh detiknewstv, Rusi Chairus membantah menerima fee tersebut.
"Bapak bisa menanyakan dan silahkan cari bukti kalau ada saya mendapatkan uang dari mereka pak , tapi disini saya jelaskan atas pertanyaan bapak , bahwa saya tidak pernah mendapatkan apapun dari kesepakatan antara kelompok tani dengan toke sawit , sudah cukup jelas jawaban dari bahasa saya kan pak dan tidak ada perbuatan pungli seperti apa yang diberitakan ini, berita ini adalah fitnah dan hoax" Tutur Rusi Chairus.***abay_21
#tntn #pkh